Minggu, 27 November 2011

ngobrol bareng kasie-kasie via conference bbm

Anggia Karina (Kasie SOKA periode 2010-2011)

Kesan Selama menjabat jadi kasie kaya gimana?
Jawab:
Menyenangkan, tapi banyak menguras tenaga juga hahaha….
tantangan selama jadi kasie apa?
Jawab:
banyak anak-anak soka yang menjabat jadi double agent jadi lumayan sulit buat ngatur jadwal ketemu semuanya, trus banyak staff lama yang lanjut tapi kesini-sininya banyak yang sibuk masing-masing. Terus terang itu ngehambat banget hehehe..
 kok bisa kaya gitu teh?
Jawab:
Soalnya senat ga kaya AMP yang masuknya aja harus ada seleksi jadi komitmennya harus dijaga banget karena bener-bener voluntir yang masuk senat.  

Naufal chairullah (Kasie SOKA periode 2009-2010)

ceritain dong kang, gimana waktu menjabat jadi kasie soka?
Jawab:
Jadi kepengurusan saya itu sebenernya dimulai dengan perekrutan anggota baru yang banyak soalnya waktu itu di soka cman ada saya, mega, ayusas dan dara, jadinya saya butuh banyak orang buat regenerasi anggota. Saya pilih based on seberapa deket orangnya sama saya dan seberapa jauh orang tersebut bisa saya kembangin. Walau banyak kepribadian Alhamdulillah anak-anaknya bisa ngeblend didalam dan diluar hubungan kerja
waktu itu prokernya apa aja kang?
Jawab:
Proker internalnya bonding (3x bonding), proker ekstrernalnya kurang lebih sama aja sama yang sekarang.
ada proker yang belum sempat dikerjain kang?
Jawab:
Semua proker sih selesai kecuali konser music amal, rencananya waktu itu pengen gabung cimsa-amsa-senat. Mau buat WAD+seminar+ditutup konser amal fkup.
gimana cara ngejagain anggota biar ga “ilang”?
Jawab:
Sebenernya bonding, tapi karena bondingnya kurang jadi saya kasih kerjaan aja…
tadi akang bilang kan pengen ngembangin anggota-anggotanya nah bentuk konkritnya gimana kang?
Jawab: berkembang cukup baik… konkretnya sih pas kerja buat sop olymphiart tahun lalu dan terakhir pas lagi buat festival fk, kerjanya rapih banget dan komunikasinya juga bagus

imunisasi di Indonesia


Immunization is the process whereby a person is made immune or resistant to an infectious disease, typically by the administration of a vaccine. Vaccines stimulate the body’s own immune system to protect the person against subsequent infection or disease.” (sumber:http://www.who.int/topics/immunization/en/)

System imun dalam tubuh manusia dibagi menjadi 2, ada system imun alami yang memang sudah terdapat dalam tubuh kita sejak kita lahir (contohnya: neutrofil, makrofag, eusinophil, etc). dan, adapula imun yang bisa diinduksi secara buatan. Nah proses pembentukan imun secara buatan ini disebut dengan imunisasi.

Imunisasi Di Indonesia

Latar Belakang

Kesehatan sebagai salah satu unsur pembangunan kesejahteraan umum perlu diwujudkan seperti yang tertulis pada pancasila dan UUD 1945. Indikator pembangunan kesehatan dapat dilihat dari ketersediaan sumber daya manusia yang sehat, terampil dan ahli yang didukung dengan sistem kesehatan yang didukung oleh informasi epidemiologi yang valid.
Sebagai negara berkembang, Indonesia memiliki beban ganda (double burden disease). Di satu sisi Indonesia harus berjuang melawan penyakit degeneratif, sementara penyakit menular terus bermunculan. Penyakit menular tidak mengenal batas wilayah administrasi dan pada beberapa penyakit tertentu, jumlah penderita yang banyak mempersulit langkah pemberantasan penyakit tersebut. Karena itu dilakukan imunisasi yang sifatnya adalah mencegah yang tentu saja lebih cost effective dibandingkan perawatan kuratif.
Menurut UU No. 23 tahun 1992, dikatakan mengenai “paradigma sehat”  yaitu pembangunan kesehatan yang memberikan prioritas utama pada upaya pelayanan peningkatan kesehatan (promotif) dan pencegahan penyakit (preventif) dibandingkan upaya pelayanan penyembuhan/pengobatan (kuratif) dan pemulihan (rehabilitatif) secara menyeluruh dan terpadu dan berkesinambungan. Salah satu upayanya adalah dengan melakukan imunisasi. Imunisasi di Indonesia sudah dilaksanakan sejak tahun 1956. Berkat imunisasi pula Indonesia bebas cacar sejak 1974. Lalu mulai pada tahun 1977 Indonesia mulai melaksanakan program Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I). diantaranya adalah tuberculosis, difteri, pertusis, campak, polio, tetanus serta hepatitis B yang terus diberikan hingga saat ini. 
Kebijakan Dan Strategi Program Imunisasi Di Indonesia
1. Kebijakan
1.   Penyelenggaraan Imunisasi dilaksanakan oleh Pemerintah, swasta dan masyarakat, dengan mempertahankan prinsip keterpaduan antara pihak terkait.
2.   Mengupayakan pemerataan jangkauan pelayanan imunisasi baik terhadap sasaran masyarakat maupun sasaran wilayah.
3.   Mengupayakan kualitas pelayanan yang bermutu.
4.   Mengupayakan kesinambungan penyelengaraan melalui perencanaan program dan anggaran terpadu.
5.   Perhatian khusus diberikan untuk wilayah rawan social, rawan penyakit (KLB) dan daerah-daerah sulit secara geografis

2. Strategi
6.   Memberikan akses (pelayanan) kepada masyarkat dan swasta.
7.   Membangun kemitraan dan jejaring kerja.
8.   Menjamin ketersediaan dan kecukupan vaksin, peralatan rantai vaksin dan alat suntik.
9.   Pelayanan imunisasi dilaksanakan oleh tenaga professional/terlatih.
10. Pelaksanaan sesuai standar.
11. Memanfaatkan perkembangan metoda dan teknologi yang lebih efektif,    berkualitas dan efesien.
12.Meningkatkan advokasi, fasilitas dan pembinaan

Jadwal Imunisasi

Rekomendasi Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Periode 2004* (* Revisi September 2003)
Vaksin
Umur pemberian Imunisasi
BulanTahun
Lhr123456912151823561012
Program Pengembangan Imunisasi (PPI, diwajibkan)
BCG
Hepatitis B123
Polio012345
DTP12345
6 dT atau TT
Campak
1
2
Program Pengembangan Imunisasi Non PPI (Non PPI, dianjurkan)
Hib1234
MMR12
TifoidUlangan, tiap 3 tahun
Hepatitis ADiberikan 2x, interval
6 - 12bl
Varisela

Keterangan Jadwal Imunisasi IDAI, Periode 2004
UmurVaksinKeterangan
Saat lahirHepatitis B-1




Polio-0
  • HB-1 harus diberikan dalam waktu 12 jam setelah lahir, dilanjutkan pada umur 1 dan 6 bulan. Apabila status HbsAg-B ibu positif, dalam waktu 12 jam setelah lahir diberikan HBlg 0,5 ml bersamaan dengan vaksin HB-1. Apabila semula status HbsAg ibu tidak diketahui dan ternyata dalam perjalanan selanjutnya diketahui bahwa ibu HbsAg positif maka masih dapat diberikan HBlg 0,5 ml sebelum bayi berumur 7 hari.
  • Polio-0 diberikan saat kunjungan pertama. Untuk bayi yang lahir di RB/RS polio oral diberikan saat bayi dipulangkan (untuk menghindari transmisi virus vaksin kepada bayi lain).
1 bulanHepatitis B-2
  • Hb-2 diberikan pada umur 1 bulan, interval HB-1 dan HB-2 adalah 1 bulan.
0-2 bulanBCG
  • BCG dapat diberikan sejak lahir. Apabila BCG akan diberikan pada umur >3 bulan sebaiknya dilakukan uji tuberkulin terlebih dulu dan BCG diberikan apabila uji tuberkulin negatif.
2 bulanDTP-1

Hib-1

Polio-1
  • DTP-1 diberikan pada umur lebih dari 6 minggu, dapat dipergunakan DTwp atau DTap. DTP-1 diberikan secara kombinasi dengan Hib-1 (PRP-T)
  • Hib-1 diberikan mulai umur 2 bulan dengan interval 2 bulan. Hib-1 dapat diberikan secara terpisah atau dikombinasikan dengan DTP-1.
  • Polio-1 dapat diberikan bersamaan dengan DTP-1
4 bulanDTP-2
Hib-2
Polio-2
  • DTP-2 (DTwP atau DTaP) dapat diberikan terpisah atau dikombinasikan dengan Hib-2 (PRP-T)
  • Hib-2 dapat diberikan terpisah atau dikombinasikan dengan DTP-2
  • Polio-2 diberikan bersamaan dengan DTP-2
6 bulanDTP-3
Hib-3
Polio-3
  • DTP-3 dapat diberikan terpisah atau dikombinasikan dengan Hib-3 (PRP-T)
  • Apabila mempergunakan Hib-OMP, Hib-3 pada umur 6 bulan tidak perlu diberikan.
  • Polio-3 diberikan bersamaan dengan DTP-3
6 bulanHepatitis B-3
  • HB-3 diberikan umur 6 bulan. Untuk mendapat respons imun optimal interval HB-2 dan HB-3 minimal 2 bulan, terbaik 5 bulan.
9 bulanCampak-1
  • Campak-1 diberikan pada umur 9 bulan, campak-2 merupakan program BIAS pada SD kl 1, umur 6 tahun. Apabila telah mendapat MMR pada umur 15 bulan, campak-2 tidak perlu diberikan
15-18 bulanMMR

Hib-4
  • Apabila sampai umur 12 bulan belum mendapat imunisasi campak, MMR dapat diberikan pada umur 12 bln
  • Hib-4 diberikan pada 15 bulan (PRP-T atau PRP-OMP).
18 bulanDTP-4
Polio-4
  • DTP-4 (DTwP atau DTaP) diberikan 1 tahun setelah DTP-3.
  • Polio-4 diberikan bersamaan dengan DTP-5
2 tahunHepatitis A
  • Vaksin HepA direkomendasikan pada umur >2 tahun, diberikan dua kali dengan interval 6-12 bulan.
2-3 tahunTifoid
  • Vaksin tifoid polisakarida injeksi direkomendasikan untuk umur >2 tahun. Imunisasi tifoid polisakarida injeksi perlu diulang setiap 3 tahun.
5 tahunDTP-5
Polio-5
  • DTP-5 diberikan pada umur 5 tahun (DTwp/DTap)
  • Polio-5 diberikan bersamaan dengan DTP-5
6 tahunMMR
  • Diberikan untuk catch-up imunization pada anak yang belum mendapat MMR-1
10 tahundT/TT

Varisela
  • Menjelang pubertas vaksin tetanus ke-5 (dT atau TT) diberikan untuk mendapat imunitas selama 25 tahun.
  • Vaksin varisela diberikan pada umur 10 tahun
(sumber:http://dranak.blogspot.com/2007/03/jadwal-imunisasi.html)